Thursday, January 26, 2023

Kendalikan Pemikiran Anda.

Pernahkah Anda dengan hanya melihat gambar Jeruk Nipis aja, Anda langsung mengernyitkan muka dan mata Anda. Seolah Anda sedang merasakan asamnya rasa jeruk nipis tersebut.

Ini membuktikan bahwa otak kita tidak bisa membedakan antara fakta atau hanya imajinasi, lalu memberikan memerintahkan reaksi pada tubuh kita, berdasarkan pengalaman apa yang pernah kita atau orang lain rasakan.

Sebenarnya desain tersebut bertujuan untuk sebagai Defense sistem kita, dalam menghadapi berbagai kondisi bahaya, dan itu sistem pencegahannya.

Namun, jika itu bereaksi secara berlebihan itu lah yang suka disebut "Over reactive", sehingga bisa menyebabkan orang tersebut stress atau malah lumpuh dan enggan melakukan apa-apa.

Contoh: Seorang Sales melakukan penawaran produk kepada seorang customer, lalu ternyata ditolak. Lalu melakukan penawaran berikutnya ditolak lagi, sampai beberapa kali.

Setelah itu mungkin saja sales tersebut enggan melakukan penawaran berikutnya. Atau mungkin juga merasa pekerjaan sales tidak cocok dengan dirinya. Hal tersebut dikarenakan dia sudah membayangkan akan ditolak lagi.

Alih-alih seharusnya dia menantang diri sendiri dengan bertanya, "Bagaimana ya supaya saya bisa mencapai target penjualan?". Lalu mulai mencari pelatihan, memperbaiki diri dan memperbanyak jam terbang. Dan mungkin saja akhirnya dia berhasil.

Jadi kendalikan Pemikiran Anda jika ingin berhasil. Kesuksesan ditentukan oleh Pertanyaan yang kamu tanyakan kepada dirimu sendiri.

Friday, January 13, 2023

Renungan Menjelang Tahun Baru Imlek.

Lukisan sembilan Ikan Koi, terdiri dari delapan warna merah atau emas dan satu hitam - dalam feng shui dipercaya akan menarik kekayaan dan kemakmuran ke dalam rumah orang yang memasang lukisannya.

Koi hitam tunggal menyerap semua energi (chi) negatif dari daerah sekitar, sedangkan delapan koi merah dan emas menarik chi positif/sehat.

Beda dengan Feng shui - berdasarkan pengalaman pribadi; kekayaan, kemakmuran dan sukses itu tidak ada yang instant, semua butuh proses.

Proses ini diilustrasikan seperti bayi belajar berjalan, tidak ada orang di dunia ini bisa lari ketika baru dilahirkan. Seorang bayi perlu melalui proses pertumbuhan sebelum mereka akhirnya bisa melakukan langkah pertama, lalu jalan tidak stabil, jalan dengan stabil, dan akhirnya bisa lari.

Dalam proses tersebut, banyak pengalaman yang tidak mengenakan, seperti jatuh atau tersandung, tidak hanya sekali, puluhan atau ratusan kali. Setelah proses berulang-ulang, kaki semakin kuat dan akhirnya seorang bayi bisa berjalan lalu berlari.

Namun, Bagaimana untuk mereka yang lahir beruntung dalam keluarga yang mampu dan punya posisi memulai yang lebih baik? Bukankah kesuksesannya bisa ditentukan oleh kondisi pada saat mereka lahir?

Saya ingin menjawabnya dengan ilustrasi berikut: ketika seseorang bertanya "Mengapa rambutmu keriting?" Dia akan menjawab, "Kakek nenek dan orang tua saya berambut keriting, maka saya berambut keriting". Mungkin itu jawaban yang masuk akal.

Namun, jika ditanya "kenapa kamu tidak sukses?". Orang akan menertawakan jika orang tersebut menjawab "Orang tua dan Kakek nenek saya adalah orang tidak sukses, maka kami secara genetik adalah orang-orang tidak sukses", karena semua orang mengerti tidak peduli kondisi apapun, seseorang bisa berhasil dan sukses, jika Dia cukup gigih untuk berusaha.

Jika kesempatan muncul sekali itu mungkin keberuntungan, jika muncul dua kali itu mungkin kebetulan. Tetapi jika muncul ketiga kali maka itu adalah suatu pola. Keberuntungan adalah keren, tapi saya percaya keberuntungan muncul setelah ada usaha.

Bagaimana menurut teman2? Feel free to comment.

Thursday, January 05, 2023

Stop Berperan Sebagai Korban.

Tahun 2022 sudah kita lewati, tentu ada yang sudah dan ada yang belum mencapai targetnya. Bagi yang belum mencapai target, mungkin beberapa menyalahkan berbagai hal atau orang di sekitar mereka untuk apa yang terjadi.

Seorang karyawan komplain apapun di perusahaan. Seorang pebisnis menyalahkan apapun yang terjadi di Market. Fasilitas kurang, penghasilan kurang, tidak cukup diperhatikan, tidak diberikan kesempatan yang cukup, tidak tersedia pilihan yang cukup, kurang dukungan, peraturan pemerintah yang tidak ideal, gara-gara si itu, dan lain-lain.

Saat keadaan menjadi sulit, beberapa akan dengan gampang menunjuk "salah siapa ini?!", dan setelah itu mereka tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan apa atau siapa yang menjadi biang keroknya.

Mungkin suatu sikap yang paling mengesankan tentang kebahagiaan yang diungkapkan oleh istri John C. Maxwell (seorang pakar kepemimpinan), saat dikonfirmasikan bahwa suaminya John adalah pakar komunikasi dan kepemimpinan tentu membuatnya berbahagia sebagai seorang istri. Ia menjawab "Tidak!, saya tidak perlu John untuk membuat saya bahagia. Apabila saya ingin bahagia, saya bisa bahagia, tidak peduli apa yang dilakukan John".

Bagaimana perasaan Anda saat tahu bahwa Andalah yang pegang kendali atas apa yang terjadi di sekitar Anda? Anda bisa menyebabkan banyak hal yang terjadi di kehidupan Anda? Menjadi Arsitek dan mendesain kehidupan sesuai dengan keinginan sendiri serta membawa manfaat untuk orang lain?

Bayangkan seorang berkinerja buruk menyalahkan betapa kecil gajinya sebagai alasan, mengatakan "Bagaimana bisa kerja maksimal jika bayarannya demikian!". Perhatikan, apakah yang dimaksud adalah "Dengan gaji yang lebih besar secara otomatis kemampuannya meningkat?" Berarti, kemampuannya bertambah atau berkurang sesuai dengan bayarannya? Secara implisit artinya "sebenarnya ia mampu, tetap tidak dikeluarkan karena bayarannya tidak sesuai?"

Hal ini menyangkut tanggung jawab, memilih menjadi "yang menyebabkan" sesuatu terjadi atau "menjadi akibat" dari sesuatu yang terjadi. Ada yang mengambil tanggung jawab atas hasil yang ia capai, ada yang segera mencari faktor apa yang menyebabkan tidak tercapainya hasil tersebut, atau mengeluh bahwa ia adalah korban atas situasi yang ada.

Dalam kehidupan banyak hal merupakan suatu pilihan, jadi buatlah pilihan yang bijak.

PS: Terinspirasi dari buku "Be Happy Get What You Want" - Karya Hingdranata Nikolay.