Thursday, May 21, 2020

Ketika Agen Asuransi Berhenti Mengejar Anda (Part 1).

Ditulis oleh: Gusnul Pribadi.

"Suamiku baru saja divonis kanker..."

Tubuh saya sontak lemas.
Siska bercerita kondisi Roni, suaminya.
Sampai akhirnya dari pemeriksaan diagnosa mengarah ke kanker.

Memori saya berkelebat cepat ke beberapa bulan belakangan, masih tercetak jelas raut muka kurang senang ketika saya menawarkan asuransi padanya. Entah karena menurutnya saya terlalu bersemangat, terlihat memaksa, mengganggu, apa pun itu saya sudah tak lagi pedulikan pandangan dia pada saya. Saya hanya bisa mengutuki diri saya mengapa saya tidak memaksanya dengan lebih keras!

Waktu itu Siska bilang bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa mereka sehat-sehat saja, dan sudah ada asuransi dari kantor Roni. Singkat cerita, aplikasi asuransi selalu saya bawa pulang kembali dalam keadaan kosong setiap kali saya bertemu Siska. Bahkan sampai saat ini, mereka tidak pernah memiliki asuransi.

Seminggu yang lalu motor dan perhiasan emas termasuk mas kawin sudah dijual untuk menjalani rawat inap, kemoterapi dan transfusi...

Ini baru bulan 3 bulan sejak pertama kali dia divonis sakit, dan rumah yang telah mereka cicil dalam 24 bulan terakhir pun terancam di over kredit.

Dan, spontan saya pun menceritakan hal ini kepada teman-teman saya yang juga sahabat-sahabat dekat Roni di kampus dulu. Saya pun membuat inisiatif untuk menggalang dana untuk bisa membantu meringankan beban Roni dan Siska.

"Titip salam ya buat Roni..."

Itu yang dikatakan Sandy, Tika, Rendi, Selly dan Husni pada saya. Mereka berlima sahabat karib Roni.

Dada saya berdesah, "Kawan, salam itu takkan bisa membantu sedikitpun buat dia, tapi mudah-mudahan bisa menguatkan semangatnya bahwa masi ada teman-teman menitipkan salam."

Sebagai agen asuransi, fungsi saya seperti sudah mati di depan dia. Saya seperti sudah tidak berguna lagi untuknya. Sebagai sahabat pun saya hanya mampu memberikan jumlah yang tidak banyak dari sisi materi. Selain tentunya kekuatan, dan menyediakan diri untuk mendengar keluh kesahnya tentang keluarga dari suaminya yang bahkan tidak memberi dukungan secara moral sekalipun. Dan sampai saat-saat kepastian itu tiba, kami akan selalu berusaha keras menjalankan misi kemanusiaan kami sebagai agent asuransi.

Karena kami sayang kalian.

Ketika Agen Asuransi Berhenti Mengejar Anda (Part 2).

Ditulis oleh: Gusnul Pribadi.

Hanya bulan berselang setelah Roni terdiagnosa kanker. Dia meninggal dunia. Semua berasal dari Tuhan dan kelak akan dikembalikan kepada-Nya.

Siska dan anak-anaknya, yang sudah tidak dinafkahi Roni sejak terakhir saya jenguk, sudah pindah ke rumah orang tuanya. Sejak Roni sakit, tidak ada lagi biaya untuk mereka melanjutkan hidupnya. Terutama setelah aset-aset utama mereka seperti rumah dan mobil sudah dijulai untuk biaya berobat beberapa bulan saja.

Tak lama setelah Roni sakit, Siska langusng mencoba melamar kerja dan dia sudah bekerja saat ini. Bekerja bukan menjadi keinginan Siska. Karena Siska tahu bahwa sepeninggal Roni, dia adalah sosok yang paling dibutuhkan anak-anaknya. Dia ingin menemani anak-anaknya bertumbuh.

Saya coba berhenti menyesali ini, memberitahu diri saya apa yang dulu seharusnya saya lakukan. Tapi itu tidak akan mengubah kenyataan apapun bahwa Roni telah meninggal.

Almarhum meninggal di sebuah Rumah sakit di Jakarta, di sebuah KURSI di Instalasi Gawat Darurat. Saking penuhnya rumah sakit tersebut. Ada ketakutan dari orang tua mereka kalau dibawa ke rumah sakit sejak awal akan menghabiskan banyak uang. Praktis, sejak terdiagnosa kanker, Roni tidak pernah mendapatkan perawatan yang layak.

Satu-satu kertas yang saya pandangi saat ini adalah formulir aplikasi asuransi kosong yang seharusnya menjadi biaya hidup Siska dan anak-anaknya.

Siska, maafkan saya. Kertas ini seharusnya menjadi payung untuk kalian. Saya tahu bahwa payung ini takkan menghentikan hujan, tapi payung ini bisa membantu kalian tetap berjalan menembus hujan menuju tempat tujuan.

Asuransi tidak akan mengubah keterjadian segala sesuatunya, tapi asuransi akan membantu meringankan resiko keuangan mungkin terjadi ketika sesuatu harus terjadi.

Maafkan,
karena kali ini saya harus benar-benar berhenti "mengejar" suamimu.