Tuesday, January 30, 2024

Seni mempengaruhi orang untuk bertindak.

Dalam suatu hubungan seringkali kita mau bisa mempengaruhi orang lain untuk bertindak, namun terkadang hal tersebut tidak mudah dilakukan, seperti dalam hubungan orang tua dan anak, atasan dan bawahan, pasangan, penjual dan pembeli dan lainnya.

Menurut Dale Carnegie dalam bukunya "How to win Friends and influence people", untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak, pertama-tama kita harus berhubungan dengan keinginan inti yang mereka rasakan.

Untuk mengerti maksudnya apa, berikut diambil dari cerita nyata. Pada suatu hari seorang filsuf terkenal di abad 19, Ralph Waldo Emerson, dan putranya berusaha memasukkan anak sapi ke kandang. Mereka mengalami kesulitan. Mereka mendorong dan anak sapi itu menarik. Mereka menarik dan anak sapi itu malah mendorong.

Sementara itu, asisten rumah tangga mereka menyadari masalah ini, dan walaupun dia tidak dapat menulis esai atau buku-buku yang brilian seperti Emerson, dia memiliki wawasan tentang bagaimana menyelesai masalah ini. Dia berjalan mendekati anak sapi itu dan menaruh jarinya di mulut anak sapi itu. Anak sapi itu mengulum jarinya dan dengan lembut dia menuntun anak sapi itu ke arah kandang.

Apa yang diketahui sang asisten rumah tangga terlupakan oleh sang filsuf cemerlang itu?

Emerson dan putranya hanya memikirkan apa yang mereka inginkan yaitu memasukan anak sapi ke dalam kandang lalu mereka dapat menyantap makan siang. Namun, anak sapi sebelumnya sedang melahap rumput hijau dengan bahagia, tidak ingin masuk ke kandang yang sempit dan gelap sehingga harus mempersingkat waktu makannya.

Lalu muncul Asisten rumah tangga dan menawarkan jarinya dan mengingatkan anak sapi itu bahwa ada susu hangat yang menantinya.

Kisah ini menjadi sebuah metafora yang sempurna mengingatkan kita bahwa pengaruh membutuhkan lebih banyak intuisi dibanding intelektual, Hubungan yang baik dibandingkan dengan sekedar otak cemerlang.

That's why high EQ better than IQ?

PS: Source Book "How to win friends and influence people" - Chapter 3, Dale Carnegie.

Sunday, January 14, 2024

Pelajaran dari Seekor Keledai.

Sebuah cerita inspiratif untuk mengawali tahun 2024, semoga memberi semangat! 😊

Seekor keledai milik seorang petani jatuh ke sumur. Hewan itu menangis berjam-jam, sementara petani mencari cara untuk mengeluarkannya. Akhirnya si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua, lagi pula sumur itu perlu diuruk; tidak ada gunanya untuk mengeluarkan keledai itu dari sana.

Si petani mengajak tetangga untuk datang menolongnya. Masing-masing tetangga membawa pacul dan mulai menguruk sumur dengan tanah. Pada awalnya, keledai menyadari apa yang terjadi dan menangis ketakutan. Lalu tiba-tiba, keledai itu diam. Beberapa saat kemudian, petani menatap ke dalam sumur. Ia takjub pada apa yang dilihatnya. Bersama setiap lemparan tanah pada punggungnya, keledai itu mengibaskannya dan naik satu langkah. Segera saja semua orang takjub ketika keledai melangkah keluar dari tepi sumur dan berlari menjauh!

Moral dari cerita: Terlepas dari apakah Anda suka atau tidak, hidup akan "melempar" segala jenis kotoran kepada Anda. Kiat untuk keluar dari lubang adalah mengibaskan kotoran dan naik satu langkah. Malah sebenarnya, setiap masalah Anda adalah batu pijakan untuk keluar. Kita bisa memanjat keluar dari sumur yang terdalam dengan tidak berhenti dan tidak menyerah untuk mengibaskan kotoran dan naik satu langkah.

Keesokan harinya, keledai itu kembali dan menendang orang-orang yang berusaha menguburnya. Jadi, ingatlah selalu bahwa jika Anda pikir mengubur masalah adalah jalan keluar yang mudah, masalah itu akan selalu kembali untuk menggigit Anda.

Ps: dikutip dari buku "The Answer" - Bab 12 Mengatasi Takut dan Cemas.

Monday, January 01, 2024

Hanya baik-baik saja tidak cukup.

Tidak berasa kita sudah sampai di tahun 2024, di mana tiga tahun sebelumnya kewalahan oleh Pandemic Covid-19. Kurun waktu tiga tahun itu saya melihat perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, apa dan siapa yang akhirnya bertahan.

CEO Nokia dalam penutupan pidato terakhirnya berkata, ketika perusahaan ponsel tersebut dibeli oleh Microsoft satu dekade yang lalu, "We didn't do anything wrong, but somehow, we lost". - Kami tidak melakukan kesalahan apapun, tetapi entah bagaimana, kami kalah.

Pada saat itu Nokia adalah perusahaan yang bonafide. Mereka tidak melakukan kesalahan apapun, hanya saja dunia berubah begitu cepat dan Kompetitornya lebih dahsyat.

Mereka melupakan pembelajaran dan perubahan yang cepat, sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapat keuntungan besar. Tidak hanya itu, mereka juga kehilangan kesempatan untuk bertahan di bisnis.

Moralnya adalah jika Anda tidak berubah, Anda akan keluar dari kompetisi. Tidak ada salahnya jika tidak ingin belajar hal baru. Namun, jika pikiran dan pola pikir Anda tidak bisa mengikuti zaman maka akan tersingkir.

Anda tidak perlu melakukan kesalahan apa pun, selama pesaing Anda menangkap kesempatan dan melakukannya dengan benar, Anda bisa kalah dan gagal.

Mereka yang menolak untuk belajar dan berkembang, suatu saat pasti akan tersingkir dan menjadi tidak relevan. Pada saat mereka menyadarinya, semua sudah terlambat. Jangan lupa untuk terus bertumbuh!