Ditulis oleh: Gusnul Pribadi.
Hanya bulan berselang setelah Roni terdiagnosa kanker. Dia meninggal dunia. Semua berasal dari Tuhan dan kelak akan dikembalikan kepada-Nya.
Siska dan anak-anaknya, yang sudah tidak dinafkahi Roni sejak terakhir saya jenguk, sudah pindah ke rumah orang tuanya. Sejak Roni sakit, tidak ada lagi biaya untuk mereka melanjutkan hidupnya. Terutama setelah aset-aset utama mereka seperti rumah dan mobil sudah dijulai untuk biaya berobat beberapa bulan saja.
Tak lama setelah Roni sakit, Siska langusng mencoba melamar kerja dan dia sudah bekerja saat ini. Bekerja bukan menjadi keinginan Siska. Karena Siska tahu bahwa sepeninggal Roni, dia adalah sosok yang paling dibutuhkan anak-anaknya. Dia ingin menemani anak-anaknya bertumbuh.
Saya coba berhenti menyesali ini, memberitahu diri saya apa yang dulu seharusnya saya lakukan. Tapi itu tidak akan mengubah kenyataan apapun bahwa Roni telah meninggal.
Almarhum meninggal di sebuah Rumah sakit di Jakarta, di sebuah KURSI di Instalasi Gawat Darurat. Saking penuhnya rumah sakit tersebut. Ada ketakutan dari orang tua mereka kalau dibawa ke rumah sakit sejak awal akan menghabiskan banyak uang. Praktis, sejak terdiagnosa kanker, Roni tidak pernah mendapatkan perawatan yang layak.
Satu-satu kertas yang saya pandangi saat ini adalah formulir aplikasi asuransi kosong yang seharusnya menjadi biaya hidup Siska dan anak-anaknya.
Siska, maafkan saya. Kertas ini seharusnya menjadi payung untuk kalian. Saya tahu bahwa payung ini takkan menghentikan hujan, tapi payung ini bisa membantu kalian tetap berjalan menembus hujan menuju tempat tujuan.
Asuransi tidak akan mengubah keterjadian segala sesuatunya, tapi asuransi akan membantu meringankan resiko keuangan mungkin terjadi ketika sesuatu harus terjadi.
Maafkan,
karena kali ini saya harus benar-benar berhenti "mengejar" suamimu.
Thursday, May 21, 2020
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment