Menjadi marketer, khususnya Agen Asuransi, bukanlah impian saya sejak awal. Namun, profesi ini memberikan saya sebuah solusi yang sangat berharga: fleksibilitas waktu kerja yang membantu saya mengatur keseimbangan hidup.
Lebih dari itu, ada satu hal yang membuat saya bertahan dan mulai mencintai pekerjaan ini — yaitu nilai kontribusi yang bisa saya berikan kepada orang lain.
Pada tahun ketiga saya berkecimpung sebagai agen asuransi, pandemi mulai melanda dunia. Di masa itu, seorang nasabah sekaligus teman saya mengalami kecelakaan serius. Kepalanya tertimpa tangga hingga menyebabkan muntah-muntah. Ia harus menjalani rawat inap selama satu malam untuk observasi. Syukurlah, kondisinya tidak berbahaya. Saat keluar rumah sakit, tagihan yang harus dibayar mencapai jumlah setara satu bulan gajinya. Namun, berkat asuransi kesehatan yang dimilikinya, biaya tersebut tertanggung. Dengan lega, ia berkata, "Kalau nggak ada asuransi, saya mungkin harus puasa sebulan, Tri."
Di tahun berikutnya, tepatnya pada tahun kedua pandemi, seorang nasabah lain yang juga seorang guru membuka polis asuransi jiwa dalam kondisi sehat. Namun, tiga bulan setelahnya, ia mengabarkan kepada saya bahwa dirinya didiagnosa kanker payudara. Ia menjalani pengobatan dengan fasilitas BPJS, namun Tuhan lebih sayang padanya—ia meninggal dunia di bulan ke-11 sejak polis dibuat. Saya datang menemui suaminya untuk membantu mengurus segala persyaratan klaim, yang akhirnya berhasil dibayarkan.
Saat klaim itu cair, saya merasa sangat bersyukur karena diberikan kesempatan untuk melayani mereka. Dari sisi keuangan, saya memang tidak memberikan secara langsung. Namun, apresiasi dan rasa terima kasih dari para nasabah itu seakan saya menjadi donatur besar buat mereka. Padahal sejatinya, semua keputusan besar itu adalah pilihan mereka sendiri — pilihan untuk melindungi diri dan keluarga mereka.
Inilah privilege yang membuat saya bertahan hingga saat ini — bukan hanya soal pekerjaan, tapi soal arti dan nilai yang bisa saya berikan bagi kehidupan orang lain. Bagaimana dengan cerita profesimu?
Sunday, July 27, 2025
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment