Menjadi marketer, khususnya Agen Asuransi, bukanlah impian saya sejak awal. Namun, profesi ini memberikan saya sebuah solusi yang sangat berharga: fleksibilitas waktu kerja yang membantu saya mengatur keseimbangan hidup.
Lebih dari itu, ada satu hal yang membuat saya bertahan dan mulai mencintai pekerjaan ini — yaitu nilai kontribusi yang bisa saya berikan kepada orang lain.
Pada tahun ketiga saya berkecimpung sebagai agen asuransi, pandemi mulai melanda dunia. Di masa itu, seorang nasabah sekaligus teman saya mengalami kecelakaan serius. Kepalanya tertimpa tangga hingga menyebabkan muntah-muntah. Ia harus menjalani rawat inap selama satu malam untuk observasi. Syukurlah, kondisinya tidak berbahaya. Saat keluar rumah sakit, tagihan yang harus dibayar mencapai jumlah setara satu bulan gajinya. Namun, berkat asuransi kesehatan yang dimilikinya, biaya tersebut tertanggung. Dengan lega, ia berkata, "Kalau nggak ada asuransi, saya mungkin harus puasa sebulan, Tri."
Di tahun berikutnya, tepatnya pada tahun kedua pandemi, seorang nasabah lain yang juga seorang guru membuka polis asuransi jiwa dalam kondisi sehat. Namun, tiga bulan setelahnya, ia mengabarkan kepada saya bahwa dirinya didiagnosa kanker payudara. Ia menjalani pengobatan dengan fasilitas BPJS, namun Tuhan lebih sayang padanya—ia meninggal dunia di bulan ke-11 sejak polis dibuat. Saya datang menemui suaminya untuk membantu mengurus segala persyaratan klaim, yang akhirnya berhasil dibayarkan.
Saat klaim itu cair, saya merasa sangat bersyukur karena diberikan kesempatan untuk melayani mereka. Dari sisi keuangan, saya memang tidak memberikan secara langsung. Namun, apresiasi dan rasa terima kasih dari para nasabah itu seakan saya menjadi donatur besar buat mereka. Padahal sejatinya, semua keputusan besar itu adalah pilihan mereka sendiri — pilihan untuk melindungi diri dan keluarga mereka.
Inilah privilege yang membuat saya bertahan hingga saat ini — bukan hanya soal pekerjaan, tapi soal arti dan nilai yang bisa saya berikan bagi kehidupan orang lain. Bagaimana dengan cerita profesimu?
Sunday, July 27, 2025
Tuesday, July 15, 2025
Menemukan Makna di Balik Pilihan.
Seringkali, ketika seseorang ditanya mengapa tidak mengambil pekerjaan tertentu, jawaban yang muncul adalah, "Itu bukan passion saya." Jika passion diartikan sebagai "menyukai pekerjaan tersebut," maka mungkin banyak dari kita akan setuju bahwa lebih dari 80% orang bekerja tidak sepenuhnya sesuai dengan passion mereka. Alasan utamanya seringkali sederhana: ada keluarga yang harus dihidupi, tanggung jawab yang harus dipikul.
Pengalaman ini juga saya alami ketika saya memutuskan untuk terjun ke dunia asuransi. Kala itu, yang saya cari adalah solusi atas permasalahan pribadi: fleksibilitas waktu. Orang tua di rumah membutuhkan perhatian dan perawatan saya. Sesederhana itu. Saya tidak lagi memikirkan kriteria ideal seorang agen asuransi—apakah harus pandai berkomunikasi, memiliki banyak relasi, atau hal lainnya. Saya yakin, dengan tekad yang kuat, bahkan sebagai seorang introvert sekalipun, saya bisa belajar dan membangun kemampuan tersebut dari lingkungan sekitar.
Lalu, jika ditanya kembali apa passion saya sebenarnya, dengan pengertian yang sama yaitu "menyukai pekerjaan"? Jawaban saya adalah mendidik dan mengajar. Oleh karena itu, di tengah pencarian solusi pekerjaan, saya sempat mendalami dunia pendidikan selama hampir setahun sebagai relawan (pro bono). Namun, saya menyadari bahwa saya tidak bisa bertahan lama di sana. Kebutuhan untuk membiayai orang-orang yang bergantung pada saya tetap menjadi prioritas.
Dari situlah saya mulai berpikir, mengapa tidak membalikkan perspektif? Saya bisa berkarier di industri asuransi, dan dari sana, saya bisa mendapatkan segalanya: penghasilan yang cukup untuk biaya hidup keluarga dan fleksibilitas waktu untuk bekerja, mengurus rumah, sekaligus menjalani passion saya. Asuransi bukan hanya tentang pekerjaan, melainkan jembatan yang memungkinkan saya mencapai keseimbangan antara tanggung jawab dan panggilan hati.
Pengalaman ini juga saya alami ketika saya memutuskan untuk terjun ke dunia asuransi. Kala itu, yang saya cari adalah solusi atas permasalahan pribadi: fleksibilitas waktu. Orang tua di rumah membutuhkan perhatian dan perawatan saya. Sesederhana itu. Saya tidak lagi memikirkan kriteria ideal seorang agen asuransi—apakah harus pandai berkomunikasi, memiliki banyak relasi, atau hal lainnya. Saya yakin, dengan tekad yang kuat, bahkan sebagai seorang introvert sekalipun, saya bisa belajar dan membangun kemampuan tersebut dari lingkungan sekitar.
Lalu, jika ditanya kembali apa passion saya sebenarnya, dengan pengertian yang sama yaitu "menyukai pekerjaan"? Jawaban saya adalah mendidik dan mengajar. Oleh karena itu, di tengah pencarian solusi pekerjaan, saya sempat mendalami dunia pendidikan selama hampir setahun sebagai relawan (pro bono). Namun, saya menyadari bahwa saya tidak bisa bertahan lama di sana. Kebutuhan untuk membiayai orang-orang yang bergantung pada saya tetap menjadi prioritas.
Dari situlah saya mulai berpikir, mengapa tidak membalikkan perspektif? Saya bisa berkarier di industri asuransi, dan dari sana, saya bisa mendapatkan segalanya: penghasilan yang cukup untuk biaya hidup keluarga dan fleksibilitas waktu untuk bekerja, mengurus rumah, sekaligus menjalani passion saya. Asuransi bukan hanya tentang pekerjaan, melainkan jembatan yang memungkinkan saya mencapai keseimbangan antara tanggung jawab dan panggilan hati.
What if?
What if everything went wrong, was actually going right.
What if that rejection is redirection.
What if your struggle are shaping you for something bigger.
What if the setback is just part of the set up.
May be life isn't happening to you. It's happening for you.
Think about that. 😉😉😉
What if that rejection is redirection.
What if your struggle are shaping you for something bigger.
What if the setback is just part of the set up.
May be life isn't happening to you. It's happening for you.
Think about that. 😉😉😉
Thursday, July 03, 2025
Sebuah Pilihan Tak Terduga: Dari Korporat Menuju Agen Asuransi.
Saya yakin, saat kita masih di bangku sekolah dulu, tak seorang pun dari kita – termasuk saya – yang akan menjawab "Agen Asuransi" ketika ditanya tentang cita-cita setelah dewasa. Oleh karena itu, tak heran jika banyak yang terheran-heran saat saya memutuskan untuk melangkah ke dunia agen asuransi, apalagi setelah 15 tahun berkarier di dunia korporasi.
Berbagai reaksi saya terima, seperti:
Lebih dari Sekadar Agen Asuransi.
Justru sebaliknya! Sebagai agen asuransi, saya memiliki fleksibilitas waktu. Saya bisa menentukan target sendiri, merencanakan jadwal kerja, dan yang paling penting, bertemu dengan berbagai nasabah dari beragam latar belakang. Perjalanan karier ini bukan HANYA tentang memberikan konsultasi perencanaan keuangan (investasi dan asuransi) semata. Lebih dari itu, saya juga membantu mereka dalam berbagai hal (memberikan NILAI lebih - ProBono), seperti:
Pada akhirnya, perjalanan karier adalah keputusan pribadi yang kita genggam. Pertanyaan kuncinya adalah: Apa impianmu? Dan yang terpenting, apakah pekerjaanmu saat ini benar-benar mampu membawamu selangkah lebih dekat untuk mewujudkan impian itu menjadi kenyataan? Oleh karena itu Tentukan pilihan karirmu dengan bijaksana. 😊
Berbagai reaksi saya terima, seperti:
- "Kamu yakin mau meninggalkan karier korporatmu? Kan sudah bagus!" (Mungkin mereka berpikir saya sudah gila).
- "Gelar S2, pengalaman kerja, dan semua sertifikasimu tidak terpakai dong? Apa tidak sayang?"
- "Jangan-jangan kamu dipecat ya dari perusahaan? Jadi tidak ada pilihan lain selain jadi agen asuransi?"
Lebih dari Sekadar Agen Asuransi.
Justru sebaliknya! Sebagai agen asuransi, saya memiliki fleksibilitas waktu. Saya bisa menentukan target sendiri, merencanakan jadwal kerja, dan yang paling penting, bertemu dengan berbagai nasabah dari beragam latar belakang. Perjalanan karier ini bukan HANYA tentang memberikan konsultasi perencanaan keuangan (investasi dan asuransi) semata. Lebih dari itu, saya juga membantu mereka dalam berbagai hal (memberikan NILAI lebih - ProBono), seperti:
- Menyelesaikan masalah prosedur dengan membuat dan mengajarkan flowchart yang mudah dimengerti, untuk bisnis pribadi nasabah.
- Membangun program (coding) untuk mempermudah pendataan dan pelaporan.
- Memberikan konsultasi terkait pembuatan prosedur dan cara memonitornya.
Pada akhirnya, perjalanan karier adalah keputusan pribadi yang kita genggam. Pertanyaan kuncinya adalah: Apa impianmu? Dan yang terpenting, apakah pekerjaanmu saat ini benar-benar mampu membawamu selangkah lebih dekat untuk mewujudkan impian itu menjadi kenyataan? Oleh karena itu Tentukan pilihan karirmu dengan bijaksana. 😊
Subscribe to:
Posts (Atom)