Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah refleksi yang dimulai dengan sebuah pertanyaan: Kapan seekor burung bisa lebih besar dari gunung?
Kata pertama yang muncul di benak saya adalah "mustahil", jenis burung apa pun tidak akan pernah lebih besar dari pada sebuah gunung.
Kemudian saya meneruskan membaca artikel tersebut dan jawabannya adalah : Ketika burung lebih dekat kepada orang yang memandangnya, daripada gunung.
Hmm, jawabannya benar sekali. Saya tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Itu juga cara kita melihat masalah kita.
Terkadang kita merasa masalah kita lebih besar dari apapun bahkan lebih besar dari Sang Pencipta. Karena kita lebih dekat dengan masalah daripada Sang Pencipta.
Pada saat-saat seperti itu, Sang Pencipta tampak sejauh gunung yang jauh, dan kita menganggap Dia kecil dan tidak terjangkau.
Sesungguhnya Dia selalu ada dan memberi kita kekuatan untuk menghadapi pergumulan kita, sebagaimana Dia berjanji untuk "memberi kekuatan kepada orang yang lelah, dan orang muda tersandung dan jatuh" (Yesaya 40:29).
Sama seperti seekor burung tidak akan pernah lebih besar dari pada gunung, tidak ada masalah yang lebih besar dari Tuhan. Inti permasalahannya adalah mengubah perspektif kita.
Tuesday, June 28, 2022
Thursday, June 23, 2022
Tidak berubah, sungguh?
Dua bulan yang lalu pada saat pulang kampung sempat ketemu teman-teman semasa sekolah dulu.
Ada teman yang berkomentar "kamu masih sama seperti dulu, tidak berubah." Yang dimaksud adalah penampilannya yang tidak berubah.
Kita tahu satu-satunya hal yang tidak berubah di dunia ini adalah perubahan itu sendiri.
Tidak mungkin tidak berubah, dengan bertambah usia seseorang, performa sistem metabolisme pasti akan menurun.
Untuk tetap menjaga keseimbangan berat tubuh, pasti harus diimbangi dengan usaha dari luar, seperti mengatur pola makan dan olahraga.
Terkadang kita hanya menilai sesuatu itu hanya dari penampakan luar saja, atau lihat kesuksesan orang saja, atau lihat hasil akhirnya saja.
Padahal kita tidak tahu, seberapa besar pengorbanannya untuk mencapai tujuan tersebut, seberapa keras kerjanya untuk mencapai kesuksesan tersebut, seberapa banyak waktu yang sudah dihabiskan untuk mendapatkan hasil tersebut.
"I have no magical formula. The only way I know to win is through Hard Work"- Don Shula.
Hal ini tentu berlaku untuk hampir semua aspek dalam kehidupan, mau berhasil ya harus ada usaha.. Setuju?
PS: body shape dan kulit masih bisa dipoles, tapi mata plus tidak ada obatnya hahha..
Ada teman yang berkomentar "kamu masih sama seperti dulu, tidak berubah." Yang dimaksud adalah penampilannya yang tidak berubah.
Kita tahu satu-satunya hal yang tidak berubah di dunia ini adalah perubahan itu sendiri.
Tidak mungkin tidak berubah, dengan bertambah usia seseorang, performa sistem metabolisme pasti akan menurun.
Untuk tetap menjaga keseimbangan berat tubuh, pasti harus diimbangi dengan usaha dari luar, seperti mengatur pola makan dan olahraga.
Terkadang kita hanya menilai sesuatu itu hanya dari penampakan luar saja, atau lihat kesuksesan orang saja, atau lihat hasil akhirnya saja.
Padahal kita tidak tahu, seberapa besar pengorbanannya untuk mencapai tujuan tersebut, seberapa keras kerjanya untuk mencapai kesuksesan tersebut, seberapa banyak waktu yang sudah dihabiskan untuk mendapatkan hasil tersebut.
"I have no magical formula. The only way I know to win is through Hard Work"- Don Shula.
Hal ini tentu berlaku untuk hampir semua aspek dalam kehidupan, mau berhasil ya harus ada usaha.. Setuju?
PS: body shape dan kulit masih bisa dipoles, tapi mata plus tidak ada obatnya hahha..
Sunday, June 19, 2022
Perubahan ke arah mana?
Masih teringat jelas 25 tahun yang lalu, ketika sudah akan lulus SMA - masih belum menentukan akan kuliah di mana, dan jurusan apa?
Alih-alih menganalisa, hanya berpikir mengikuti jejak Koko saya berkuliah di Bina Nusantara, yang disingkat BINUS.
Alasan pertama adalah kuliah di BINUS relatif murah dibanding dengan Universitas Swasta lain. Walau sering juga merasa inferior kuliah di BINUS, bukan sekolah unggulan di zaman itu.
Fast foward, beberapa waktu lalu saya membaca informasi bahwa BINUS sekarang adalah Universitas Swasta no. 1 di Indonesia, kuliah di BINUS juga tidak murah sekarang.
Sekarang BINUS juga memiliki banyak kampus di berbagai kota di Indonesia, Bandung, Bekasi, Malang, Semarang, Tangerang selain ada beberapa kampus di Jakarta.
Waktu akan terus berjalan, dan Perubahan akan terus berlangsung. Jika saat ini kita berada di bawah, tidak berarti akan selamanya di sana, kalau kita mau bergerak untuk melakukan usaha dan perubahan ke arah yg lebih baik.
Sebaliknya hal yang sama juga berlaku untuk yang sedang di atas, jika tidak melakukan apapun untuk mempertahankan atau bergerak maju.
"Success is not Forever, and Failure is never Final" - Don Shula.
@Binus Semarang
Alih-alih menganalisa, hanya berpikir mengikuti jejak Koko saya berkuliah di Bina Nusantara, yang disingkat BINUS.
Alasan pertama adalah kuliah di BINUS relatif murah dibanding dengan Universitas Swasta lain. Walau sering juga merasa inferior kuliah di BINUS, bukan sekolah unggulan di zaman itu.
Fast foward, beberapa waktu lalu saya membaca informasi bahwa BINUS sekarang adalah Universitas Swasta no. 1 di Indonesia, kuliah di BINUS juga tidak murah sekarang.
Sekarang BINUS juga memiliki banyak kampus di berbagai kota di Indonesia, Bandung, Bekasi, Malang, Semarang, Tangerang selain ada beberapa kampus di Jakarta.
Waktu akan terus berjalan, dan Perubahan akan terus berlangsung. Jika saat ini kita berada di bawah, tidak berarti akan selamanya di sana, kalau kita mau bergerak untuk melakukan usaha dan perubahan ke arah yg lebih baik.
Sebaliknya hal yang sama juga berlaku untuk yang sedang di atas, jika tidak melakukan apapun untuk mempertahankan atau bergerak maju.
"Success is not Forever, and Failure is never Final" - Don Shula.
Sunday, June 12, 2022
"Don't Think. Just Do."
"Jangan pikir, Lakukan saja" Itu yang dikatakan Maverick kepada anak angkatnya Rooster pada saat mereka menjalankan misi penyerangan khusus, dalam film Top Gun (2022).
Terkadang kita ragu untuk bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah terlatih untuk itu - seperti tokoh Rooster.
Namun karena kelihatannya sulit, tidak berpengalaman, kita tidak percaya diri untuk melakukannya.
Yang pada akhirnya membawa kita tidak melakukan apa-apa. Dikarenakan tidak melakukan apa-apa, tentu kita juga tidak akan menghasilkan apa-apa.
Lebih baik kita lakukan, walaupun gagal, kita mendapatkan pengalaman, dan masukan - sehingga kita bisa memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
"Feel The Fear and Do It Anyway". - Susan Jeffers, Phd.
Terkadang kita ragu untuk bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah terlatih untuk itu - seperti tokoh Rooster.
Namun karena kelihatannya sulit, tidak berpengalaman, kita tidak percaya diri untuk melakukannya.
Yang pada akhirnya membawa kita tidak melakukan apa-apa. Dikarenakan tidak melakukan apa-apa, tentu kita juga tidak akan menghasilkan apa-apa.
Lebih baik kita lakukan, walaupun gagal, kita mendapatkan pengalaman, dan masukan - sehingga kita bisa memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
"Feel The Fear and Do It Anyway". - Susan Jeffers, Phd.
Friday, June 10, 2022
Intermezzo menjelang akhir pekan: Tahukah Anda?
Sudah hampir seminggu Senzhou-14 diluncurkan untuk Proyek stasiun ruang angkasa "Tian gong" (yang artinya: Istana Langit).
Sejak tahun 1999 Senzhou-1 diluncurkan, Negara Tirai bambu ini menamakan awak kapal ruang angkasa ini dengan nama "Taikonaut".
Lalu apa perbedaan "Astronaut", "Cosmonaut", dan "Taikonaut"? bingung?
Itu semua adalah istilah untuk awak kapal ruang angkasa, hanya beda negara, beda penyebutannya.
Astronaut sebutan oleh Bangsa Amerika, asal kata "Astronomy" - Ilmu perbintangan dan "Nautes" - Pelayar.
Cosmonaut sebutan oleh Bangsa Rusia, asal kata "Cosmos" - Alam semesta dan Nautes.
Taikonot sebutan oleh Bangsa Cina, asal kata "Tai kong" - Angkasa Luar dan Nautes.
Ini adalah tiga negara di dunia yang pernah menaklukan penjelajahan Ruang Angkasa Luar, dan yang terakhir masih aktif dengan proyek besar membangun stasiun ruang angkasa "Tian gong" - yang diproyeksikan akan selesai di tahun 2023.
Mengapa Cina sangat berambisi untuk membangun Stasiun Ruang Angkasa ini. Hal ini disebabkan karena persekutuan negara-negara barat tidak mengizinkan Cina untuk ikut dalam Aliansi Penjelajahan Ruang Angkasa.
Peristiwa yang mirip juga pernah terjadi ketika Presiden Amerika Donald Trump, memblokir Huawei - Perusahaan tersebut malah berhasil meluncurkan teknologi 5G untuk pertama kali.
Suatu semangat yang perlu dicontoh - Semakin dibully semakin menjadi. Bagaimana dengan kita?
Sejak tahun 1999 Senzhou-1 diluncurkan, Negara Tirai bambu ini menamakan awak kapal ruang angkasa ini dengan nama "Taikonaut".
Lalu apa perbedaan "Astronaut", "Cosmonaut", dan "Taikonaut"? bingung?
Itu semua adalah istilah untuk awak kapal ruang angkasa, hanya beda negara, beda penyebutannya.
Astronaut sebutan oleh Bangsa Amerika, asal kata "Astronomy" - Ilmu perbintangan dan "Nautes" - Pelayar.
Cosmonaut sebutan oleh Bangsa Rusia, asal kata "Cosmos" - Alam semesta dan Nautes.
Taikonot sebutan oleh Bangsa Cina, asal kata "Tai kong" - Angkasa Luar dan Nautes.
Ini adalah tiga negara di dunia yang pernah menaklukan penjelajahan Ruang Angkasa Luar, dan yang terakhir masih aktif dengan proyek besar membangun stasiun ruang angkasa "Tian gong" - yang diproyeksikan akan selesai di tahun 2023.
Mengapa Cina sangat berambisi untuk membangun Stasiun Ruang Angkasa ini. Hal ini disebabkan karena persekutuan negara-negara barat tidak mengizinkan Cina untuk ikut dalam Aliansi Penjelajahan Ruang Angkasa.
Peristiwa yang mirip juga pernah terjadi ketika Presiden Amerika Donald Trump, memblokir Huawei - Perusahaan tersebut malah berhasil meluncurkan teknologi 5G untuk pertama kali.
Suatu semangat yang perlu dicontoh - Semakin dibully semakin menjadi. Bagaimana dengan kita?
Wednesday, June 08, 2022
Ketahanan dan Kekuatan Berpengharapan.
Dalam suatu seri eksperimen yang di lakukan oleh Dr Curt Richter pada tahun 1950-an.
Walau eksperimen ini kontroversial, karena dianggap melakukan kekejian terhadap hewan, namun eksperimen ini memberikan temuan yang luar biasa.
Yaitu pelajaran yang berharga tentang harapan.
Beberapa tikus liar ditempatkan dalam toples berisi air dan dibiarkan berenang sampai tikus itu menyerah.
Peneliti mencatat waktu rata-rata tikus tenggelam dan mati dalam waktu 15-20 menit.
Dalam eksperimen selanjutnya, tikus-tikus dimasukan ke dalam toples berisi air dan dibiarkan berenang.
Namun kali ini, tepat sebelum waktu rata-rata mereka menyerah dan kelelahan, peneliti mengangkat dan mengeringkan tikus tersebut dan membiarkannya beristirahat beberapa saat.
Kemudian tikus tersebut dimasukan kembali ke dalam toples untuk putaran kedua.
Coba tebak berapa lama kali ini tikus bertahan berenang dalam toples tersebut?
15 menit seperti sebelumnya? 30 menit? 1 jam? 5 jam?
Yang mengejutkan tikus-tikus tersebut rata-rata mampu bertahan berenang 40 hingga 60 jam.
Mengapa di putaran kedua ini, tikus tersebut mampu bertahan lebih lama.
Perbedaan mendasarnya ialah, bahwa tikus pertama lebih cepat menyerah karena sadar tidak ada jalan keluar, sementara tikus kedua diselamatkan sebelum mereka menyerah.
Hal ini membuat tikus tersebut berenang hingga batas kemampuan terakhirnya, karena adanya sebuah harapan. Tikus percaya mereka pada akhirnya akan diselamatkan. Memaksa tubuh mereka melewati batas yang sebelumnya dianggap sebagai hal yang mustahil.
Para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa kematian lebih bersifat psikis daripada fisik. Mereka menyerah secara mental walau fisik masih memungkinkan.
Mental adalah pondasi dasar setiap manusia dalam mencapai tujuan.
Harapan dan keyakinan adalah bahan bakar seseorang untuk terus optimis dan terus berusaha.
Jadi apakah Anda masih memiliki Harapan dan Keyakinan? Di mana Anda meletakkan harapan dan keyakinan Anda?
Walau eksperimen ini kontroversial, karena dianggap melakukan kekejian terhadap hewan, namun eksperimen ini memberikan temuan yang luar biasa.
Yaitu pelajaran yang berharga tentang harapan.
Beberapa tikus liar ditempatkan dalam toples berisi air dan dibiarkan berenang sampai tikus itu menyerah.
Peneliti mencatat waktu rata-rata tikus tenggelam dan mati dalam waktu 15-20 menit.
Dalam eksperimen selanjutnya, tikus-tikus dimasukan ke dalam toples berisi air dan dibiarkan berenang.
Namun kali ini, tepat sebelum waktu rata-rata mereka menyerah dan kelelahan, peneliti mengangkat dan mengeringkan tikus tersebut dan membiarkannya beristirahat beberapa saat.
Kemudian tikus tersebut dimasukan kembali ke dalam toples untuk putaran kedua.
Coba tebak berapa lama kali ini tikus bertahan berenang dalam toples tersebut?
15 menit seperti sebelumnya? 30 menit? 1 jam? 5 jam?
Yang mengejutkan tikus-tikus tersebut rata-rata mampu bertahan berenang 40 hingga 60 jam.
Mengapa di putaran kedua ini, tikus tersebut mampu bertahan lebih lama.
Perbedaan mendasarnya ialah, bahwa tikus pertama lebih cepat menyerah karena sadar tidak ada jalan keluar, sementara tikus kedua diselamatkan sebelum mereka menyerah.
Hal ini membuat tikus tersebut berenang hingga batas kemampuan terakhirnya, karena adanya sebuah harapan. Tikus percaya mereka pada akhirnya akan diselamatkan. Memaksa tubuh mereka melewati batas yang sebelumnya dianggap sebagai hal yang mustahil.
Para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa kematian lebih bersifat psikis daripada fisik. Mereka menyerah secara mental walau fisik masih memungkinkan.
Mental adalah pondasi dasar setiap manusia dalam mencapai tujuan.
Harapan dan keyakinan adalah bahan bakar seseorang untuk terus optimis dan terus berusaha.
Jadi apakah Anda masih memiliki Harapan dan Keyakinan? Di mana Anda meletakkan harapan dan keyakinan Anda?
Saturday, June 04, 2022
Wow Memalukan?
Setiap menjelang 17 Agustus, sekolah kami menyeleksi personel untuk Paskibra, selain itu juga Paduan Suara untuk Upacara di tingkat Kabupaten.
Ketika itu saya kelas 1 SMP, dengan postur kurus dan tidak tinggi sudah pasti saya bukan kandidat untuk Paskibra.
Jadi murid-murid selain yang terpilih Paskibra, ikut seleksi untuk Paduan Suara. Tiba lah giliran saya untuk ditest.
Saya menyanyikan sepenggal Lagu Nasional, yang berjudul "Dari Sabang sampai Merauke".
Setelah selesai, beberapa waktu kemudian Guru yang bersangkutan mengumumkan siapa yang terpilih ikut dalam Paduan Suara tersebut, yang akan bergabung dengan Sekolah lain.
Dan ternyata semua teman dekat saya terpilih, kecuali saya. Ini bukan nyanyi Solo, tapi Paduan suara loh. Itu juga berarti saya tidak akan ikut upacara di kantor Bupati.
Ada rasa sedih, koq saya tidak terpilih, seburuk itu kah? Saya diam untuk beberapa hari, tidak cerita apapun di rumah.
Saya tahu saya punya kelemahan, namun dalam benak, saya selalu ingin mendapatkan Pengakuan. Dengan postur yang kecil, olah raga juga bukan keahlian saya.
Dalam bidang akademis, saya juga bukan seorang Jenius, tapi jika saya memberi waktu dan usaha belajar, saya yakin saya bisa. Itu lah awal saya belajar untuk 'Move forward' - fokus pada hal yang bisa saya lakukan, dari pada terus meratap pada kelemahan.
"Focus on your strengths, Not your weaknesses.
Focus on your character, Not your reputation.
Focus on your blessings, Not your misfortunes."
- Roy T. Bennet, The Light in the Heart.
Ketika itu saya kelas 1 SMP, dengan postur kurus dan tidak tinggi sudah pasti saya bukan kandidat untuk Paskibra.
Jadi murid-murid selain yang terpilih Paskibra, ikut seleksi untuk Paduan Suara. Tiba lah giliran saya untuk ditest.
Saya menyanyikan sepenggal Lagu Nasional, yang berjudul "Dari Sabang sampai Merauke".
Setelah selesai, beberapa waktu kemudian Guru yang bersangkutan mengumumkan siapa yang terpilih ikut dalam Paduan Suara tersebut, yang akan bergabung dengan Sekolah lain.
Dan ternyata semua teman dekat saya terpilih, kecuali saya. Ini bukan nyanyi Solo, tapi Paduan suara loh. Itu juga berarti saya tidak akan ikut upacara di kantor Bupati.
Ada rasa sedih, koq saya tidak terpilih, seburuk itu kah? Saya diam untuk beberapa hari, tidak cerita apapun di rumah.
Saya tahu saya punya kelemahan, namun dalam benak, saya selalu ingin mendapatkan Pengakuan. Dengan postur yang kecil, olah raga juga bukan keahlian saya.
Dalam bidang akademis, saya juga bukan seorang Jenius, tapi jika saya memberi waktu dan usaha belajar, saya yakin saya bisa. Itu lah awal saya belajar untuk 'Move forward' - fokus pada hal yang bisa saya lakukan, dari pada terus meratap pada kelemahan.
"Focus on your strengths, Not your weaknesses.
Focus on your character, Not your reputation.
Focus on your blessings, Not your misfortunes."
- Roy T. Bennet, The Light in the Heart.
Subscribe to:
Posts (Atom)