In my opinion this is the best war film after "Saving Private Ryan" - Hacksaw Ridge is a biographical war drama film directed by Mel Gibson, based on a true story.
The film focuses on the World War II experiences of Desmond Doss, an American Pacifist Combat Medic, who refused to carry or use a weapon or firearm of any kind because of his belief and his vow after an incident which nearly killed his brother. He got a lot of difficullties and torture because of it, and was labelled as a Coward.
During the battle of Okinawa, Doss’ unit was tasked to secure Hacksaw Ridge. Several of Doss' squad mates were left injured on the battle field. Doss heard the cries of dying soldier and returned to save them - each time he prayed "Lord, please help me get one more.. Lord please one more". It turned out he saved 75 injured soldiers in one night.
The prayer has made me believe more with what I do right now is the best career decision, where I can help one more family, one more friend, one more college from financial disaster due to life risks that may occur to anyone anytime.
What is your career story?
Monday, May 20, 2024
Tuesday, May 14, 2024
Contemplation during The Long Weekend (Part 2) - When Slow is Fast.
Masih dalam "Long Weekend Moment" - Hari Minggu berangkat Ibadah dengan 15 menit lebih awal dari biasanya, menyetir dengan santai. Lalu dalam satu persimpangan saya kaget karena ada yang menyalip kendaraan saya. Biasanya itu akan memicu emosi, namun karena masih ada waktu saya tetap tenang, sambil berpikir, "oh mungkin orang itu sedang lagi ada urusan mendesak".
Kemudian sampailah di ujung jalan ada lampu lalu lintas, bertemu lagi dengan kendaraan yang tadi menyalip saya. Dalam hati berpikir lagi, "Hmmm, buru-buru akhirnya juga sama. Hemat berapa banyak waktu? atau Malah memicu emosi stress dan membahayakan kendaraan yang lain?"
Pernahkah mengalami hal yang sama, ketika kita sedang belajar sesuatu yang baru dan pengen cepat-cepat bisa? Namun hasilnya adalah sebaliknya. Atau pengen cepat-cepat menyelesaikan sesuatu, malah mendapati banyak kesalahan yang memperpanjang waktu penyelesaiannya.
Banyak hal mendesak timbul karena kurang persiapan (walaupun ada sebagian kecil di Luar kendali kita). Alih-alih kepengenan buru-buru, lebih baik perjelas apa permasalahan atau tujuannya, lalu lihat kemungkinan penyelesaiannya, putuskan baru dijalankan. Jangan lupa siapkan waktu lebih awal untuk memulai.
"Life is so urgent it necessitates living slow". - Ann Voskamp.
Kemudian sampailah di ujung jalan ada lampu lalu lintas, bertemu lagi dengan kendaraan yang tadi menyalip saya. Dalam hati berpikir lagi, "Hmmm, buru-buru akhirnya juga sama. Hemat berapa banyak waktu? atau Malah memicu emosi stress dan membahayakan kendaraan yang lain?"
Pernahkah mengalami hal yang sama, ketika kita sedang belajar sesuatu yang baru dan pengen cepat-cepat bisa? Namun hasilnya adalah sebaliknya. Atau pengen cepat-cepat menyelesaikan sesuatu, malah mendapati banyak kesalahan yang memperpanjang waktu penyelesaiannya.
Banyak hal mendesak timbul karena kurang persiapan (walaupun ada sebagian kecil di Luar kendali kita). Alih-alih kepengenan buru-buru, lebih baik perjelas apa permasalahan atau tujuannya, lalu lihat kemungkinan penyelesaiannya, putuskan baru dijalankan. Jangan lupa siapkan waktu lebih awal untuk memulai.
"Life is so urgent it necessitates living slow". - Ann Voskamp.
Saturday, May 11, 2024
Contemplation during The Long Weekend (Part 1) - When Less is More.
Tibalah hari yang ditunggu, Long Weekend, walaupun dalam profesi yang saya geluti, momen seperti ini tidak terlalu berpengaruh hhehe.. Karena hari kerja diatur dengan tingkat kedisplinan Pribadi. (Pengen tau profesinya apa, silahkan DM hehe)
Namun kalau Long Weekend umumnya kebanyakan nasabah juga pergi berlibur keluar kota, dan tidak mau ditemui, jadi saya ikut meliburkan diri.
Tugas pertama di Long Weekend ini adalah membereskan Wardrobe dan pernak Pernik di Kamar. Setelah belajar dari Marie Kondo, dari buku "The Life-Changing Magic of tidying up", saya menyadari terkadang saya punya kecenderungan untuk menyimpan barang.
Kadang barang yang walau sudah tidak pernah digunakan, masih juga tetap disimpan. Entah itu adalah barang-barang kenangan atau bernilai sentimental. Namun, dengan berjalannya Waktu itu akan memenuhi lemari dan berantakan.
Jadi semua harus dibereskan, dipilah, didonasikan jika masih layak dipakai, atau dibuang jika sudah rusak. Di akhir hari ternyata lemari punya ruang kosong yang besar rasanya seperti Segar Kembali, dan siap untuk menerima Hal-hal yang baru.
Itu sama dengan pemikiran kita, ada banyak hal-hal yang tersimpan dalam kepala kita sehingga tidak ada ruang lebih. Jadi yang lama (tidak relevan) harus masuk ke Recycle Bin, supaya kita bisa menerima hal dan pengetahuan yang baru.
Namun kalau Long Weekend umumnya kebanyakan nasabah juga pergi berlibur keluar kota, dan tidak mau ditemui, jadi saya ikut meliburkan diri.
Tugas pertama di Long Weekend ini adalah membereskan Wardrobe dan pernak Pernik di Kamar. Setelah belajar dari Marie Kondo, dari buku "The Life-Changing Magic of tidying up", saya menyadari terkadang saya punya kecenderungan untuk menyimpan barang.
Kadang barang yang walau sudah tidak pernah digunakan, masih juga tetap disimpan. Entah itu adalah barang-barang kenangan atau bernilai sentimental. Namun, dengan berjalannya Waktu itu akan memenuhi lemari dan berantakan.
Jadi semua harus dibereskan, dipilah, didonasikan jika masih layak dipakai, atau dibuang jika sudah rusak. Di akhir hari ternyata lemari punya ruang kosong yang besar rasanya seperti Segar Kembali, dan siap untuk menerima Hal-hal yang baru.
Itu sama dengan pemikiran kita, ada banyak hal-hal yang tersimpan dalam kepala kita sehingga tidak ada ruang lebih. Jadi yang lama (tidak relevan) harus masuk ke Recycle Bin, supaya kita bisa menerima hal dan pengetahuan yang baru.
Friday, May 03, 2024
Manajemen Kekecewaan.
Dalam suatu perenungan yang menyadarkan saya bahwa semua hal -- baik, buruk, hal menyenangkan, menyakitkan, diterima, ditolak, pencapaian, kesalahan, ketenaran, adalah hal yang datang dan pergi.
Setiap pengalaman yang pernah dialami akan berakhir. Emosi yang timbul seperti senang, sedih, marah, malu, bangga, iri dan perasaan manusia lainnya datang bergantian. Pada dasarnya perasaan itu tidak ada yang permanen. Dengan mengetahui kebenaran ini sebenarnya bisa memberikan kelegaan.
Namun, sebaliknya banyak orang yang mengalami kekecewaan mendalam terhadap suatu peristiwa yang terkadang membuat orang tersebut menyerah untuk mencapai impiannya.
Menurut Richard Carlson, Penulis, dalam bukunya "Don't Sweat the Small Stuff" - Kekecewaan kita pada dasarnya muncul dalam dua cara. Saat kita mengalami kesenangan, kita ingin kesenangan itu bertahan selamanya. Itu tidak pernah terjadi. Atau, saat kita mengalami rasa sakit, kita ingin rasa sakit itu hilang sekarang juga. Biasanya tidak begitu. Ketidakbahagiaan adalah hasil dari perjuangan melawan rasa yang sedang kita alami.
Lalu bagaimana untuk mengatasinya?
Dari dulu kita belajar mengenai Manajemen Waktu, Manajemen Resiko, Manajemen Keuangan dan lainnya, tapi kita lupa untuk menguasai Manajemen Kekecewaan.
Ketahuilah bahwa meskipun merasakan kebahagiaan itu menyenangkan, hal itu pada akhirnya akan digantikan oleh hal lain. Dan jika Anda mengalami suatu jenis rasa sakit atau ketidaksenangan, sadarilah bahwa hal ini juga akan berlalu. Dengan menyimpan kesadaran ini dalam hati adalah cara yang bagus untuk mempertahankan perspektif, bahkan saat menghadapi kesulitan.
Semoga tips "Manajemen Kekecewaan" ini bisa bermanfaat, walau tidak mudah untuk dipraktekkan.
"Be the person that your dog thinks you are". - C. J. Frick
PS: Muffin - In front of the camera.
Setiap pengalaman yang pernah dialami akan berakhir. Emosi yang timbul seperti senang, sedih, marah, malu, bangga, iri dan perasaan manusia lainnya datang bergantian. Pada dasarnya perasaan itu tidak ada yang permanen. Dengan mengetahui kebenaran ini sebenarnya bisa memberikan kelegaan.
Namun, sebaliknya banyak orang yang mengalami kekecewaan mendalam terhadap suatu peristiwa yang terkadang membuat orang tersebut menyerah untuk mencapai impiannya.
Menurut Richard Carlson, Penulis, dalam bukunya "Don't Sweat the Small Stuff" - Kekecewaan kita pada dasarnya muncul dalam dua cara. Saat kita mengalami kesenangan, kita ingin kesenangan itu bertahan selamanya. Itu tidak pernah terjadi. Atau, saat kita mengalami rasa sakit, kita ingin rasa sakit itu hilang sekarang juga. Biasanya tidak begitu. Ketidakbahagiaan adalah hasil dari perjuangan melawan rasa yang sedang kita alami.
Lalu bagaimana untuk mengatasinya?
Dari dulu kita belajar mengenai Manajemen Waktu, Manajemen Resiko, Manajemen Keuangan dan lainnya, tapi kita lupa untuk menguasai Manajemen Kekecewaan.
Ketahuilah bahwa meskipun merasakan kebahagiaan itu menyenangkan, hal itu pada akhirnya akan digantikan oleh hal lain. Dan jika Anda mengalami suatu jenis rasa sakit atau ketidaksenangan, sadarilah bahwa hal ini juga akan berlalu. Dengan menyimpan kesadaran ini dalam hati adalah cara yang bagus untuk mempertahankan perspektif, bahkan saat menghadapi kesulitan.
Semoga tips "Manajemen Kekecewaan" ini bisa bermanfaat, walau tidak mudah untuk dipraktekkan.
"Be the person that your dog thinks you are". - C. J. Frick
PS: Muffin - In front of the camera.
Subscribe to:
Posts (Atom)