Ketika anda mendengar kata "depresi," pemikiran apa yang langsung muncul di benak anda? Beberapa orang menggunakan istilah "depresi" untuk menggambarkan suatu kondisi stres. Namun, apakah penggunaan istilah itu benar? Asosiasi Psikiater Amerika (American Psychiatric Association) mendefinisikan Depresi (Gangguan depresif utama) sebagai penyakit umum dan serius yang secara negatif mempengaruhi perasaan seseorang, cara berpikir seseorang dan bagaimana seseorang bertindak.
Depresi adalah penyakit kejiwaan yang serius
Berdasarkan definisi di atas, kita dapat memahami bahwa depresi adalah penyakit kejiwaan yang serius, bukan suatu perasaan yang dapat ditimbulkan atau tindakan yang dilakukan. Dalam artikel ini, saya ingin berbagi beberapa fakta mengenai depresi, dan hal-hal yang dapat saya petik setelah saya pulih dari depresi.
Orang-orang menghindar untuk berhubungan
Depresi menyebabkan perasaan sedih dan/atau kehilangan minat pada aktifitas yang pernah dinikmati penderita. Ini dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik, sehingga dapat menurunkan kemampuan dan kinerja penderita di tempat kerja dan di rumah. Karena alasan-alasan ini, kebanyakan orang enggan berada bersama seseorang yang menderita depresi. Seringkali, orang berpikir bahwa penderita depresi menolak untuk memperbaiki diri dan tidak mau keluar dari kondisi depresi mereka.
Diperlukan perawatan
Jika kita melihat kembali definisi di atas, jelas bahwa depresi adalah penyakit serius. Seperti halnya penyakit serius lainnya, baik fisik maupun mental, depresi memerlukan perawatan. Kita tidak dapat mengharapkan seseorang yang menderita depresi pulih dengan sendirinya. Dalam beberapa kasus, saya berpendapat bahwa depresi lebih mematikan daripada penyakit kanker atau penyakit kritis lainnya, karena depresi dapat mendorong penderita untuk melakukan tindakan bunuh diri kapan saja.
Untungnya, depresi adalah salah satu gangguan mental yang dapat diobati. Statistik menunjukkan bahwa delapan puluh hingga sembilan puluh persen pasien yang menderita depresi merespon pengobatan dengan baik (Sumber: Asosiasi Psikiater Amerika/American Psychiatric Association).
Depresi dapat terjadi pada siapa saja
Ketika saya menderita depresi, beberapa teman atau orang yang pernah mengenal saya sebelumnya, tidak percaya bahwa saya menderita depresi. Mereka selalu berpikir bahwa saya adalah seseorang berkarakter yang cukup kuat, dan sepertinya tidak mungkin menderita depresi. Selain itu, beberapa orang mengira bahwa penyebab depresi adalah karena kurangnya iman dan kepercayaan. Ini jelas tidak benar.
Ditekankan kembali bahwa, depresi adalah penyakit umum, serius dan bukan kelemahan pribadi. Ini berarti bahwa hal itu dapat terjadi pada siapa saja, pada usia berapa pun, dan pada orang dari ras atau kelompok etnis apa pun. Pada bulan Mei 2017, menurut Eka Viora, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia, mengatakan bahwa di Indonesia terdapat 3,7 persen dari populasi menderita depresi, artinya ada sekitar 9 juta dari 250 juta orang di Indonesia yang mengalami depresi.
Orang-orang terkenal menderita depresi
Berikut adalah beberapa karakter dari Alkitab yang menderita depresi seperti Daud (Mazmur 69: 3), Ayub (Ayub 3:20), Elia (1 Raja 19: 4). Orang-orang hebat seperti Billy Graham dan Ibu Theresa juga pernah menderita depresi. Namun, dengan pertolongan dari Tuhan, mereka menjadi orang-orang hebat seperti kita mengenal mereka.
Dampaknya dalam hidup saya
Depresi bukanlah musuh terburuk saya, tetapi depresi memainkan peran penting dan positif dalam membentuk saya menjadi diri saya sekarang.
Ini mungkin terlihat aneh, tetapi saya bersyukur bahwa saya memiliki kesempatan untuk mengatasi depresi yang pernah terjadi dalam hidup saya. Menaklukkan sesuatu yang pernah melumpuhkan hidup saya, telah memberikan kekuatan yang luar biasa. Mengalami depresi telah membuat saya melihat hidup dengan perspektif yang benar dan belajar untuk menghargai bahwa setiap peristiwa buruk yang terjadi dalam hidup saya, tidak sesulit dari apa yang sudah saya atasi. Oleh karena saya telah mengatasi depresi, saya ingin berbagi hal-hal yang saya petik dalam pengalaman ini.
Hal-hal yang saya pelajari
Pertama, menghargai mereka yang mendampingi saya di saat-saat terendah saya. Ketika saya memasuki fase gelap dalam hidup saya, saya kehilangan teman-teman terdekat saya, komunitas, dan hubungan saya dengan beberapa keluarga menjadi tidak harmonis. Hal ini memotivasi saya untuk mencari lingkungan baru, komunitas baru dan kegiatan baru. Saya mengembangkan keterampilan yang memungkinkan saya untuk dengan cepat mengevaluasi siapa yang saya bisa dan tidak bisa dipercayai. Sebagai hasil dari pengalaman saya, saya sekarang memfokuskan energi saya untuk membangun dan mengembangkan ikatan yang mendalam dengan orang-orang yang saya yakini setia dan tulus. Kesetiaan adalah salah satu sifat manusia yang paling diremehkan dan juga merupakan salah satu cara terbaik untuk membangun hubungan jangka panjang dengan orang lain. Beberapa pertemanan saya menjadi solid, biasanya diperkuat ketika saya datang untuk membantu mereka, atau mereka datang untuk membantu saya. Orang tidak pernah lupa siapa yang telah membantu mereka (dan siapa yang tidak) ketika mereka membutuhkannya, jadi berbaik hatilah dan menjadi orang yang setia.
Kedua, anda tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain pikirkan tentang anda dan bagaimana mereka memperlakukan anda, tetapi anda bisa mengendalikan reaksi anda terhadap mereka. Sebelum saya menderita depresi, saya tumbuh dari orang yang introver menjadi orang yang cukup percaya diri, karena apa yang saya raih dalam catatan akademis dan karier saya. Orang-orang mungkin menghormati saya karena apa yang saya raih. Namun, pada saat saya depresi, saya kehilangan kepercayaan diri dan semua prestasi yang pernah diraih menjadi tidak signifikan karena kondisi depresi yang diderita pada waktu itu, sehingga mempengaruhi cara saya berpikir tentang diri saya sendiri. Dikarenakan tidak dapat bekerja dengan baik pada saat itu, orang-orang mulai kehilangan kepercayaan dan rasa hormat terhadap saya. Saya menyadari bahwa cara orang lain memperlakukan saya di luar kendali saya, tetapi peduli terhadap apa yang mereka pikirkan tentang saya adalah pilihan. Saya juga belajar bahwa ketika orang memperlakukan saya dengan buruk, itu lebih merupakan cerminan dari karakter mereka, dan bukan karakter saya.
Ketiga, hidup dalam kondisi yang anda harapkan, bisa membuat anda lebih bahagia terlepas dari anda kaya atau tidak. Sebelumnya mungkin saya telah mencapai di atas rata-rata dari orang seusia saya. Namun, saya merasa terjebak dengan pekerjaan saya yang sebenarnya tidak saya sukai karena banyak tekanan telah diberikan kepada saya. Saya tidak dapat mengembangkan potensi saya sepenuhnya. Hari ini, saya merasa menjadi versi terbaik dari diri saya dan menjalani kehidupan yang penuh sukacita. Penjelasan terbaik tentang akar penyebab kebahagiaan dan ketidakbahagiaan yang pernah saya temui adalah karena saya hidup dalam situasi yang saya sukai dan senangi.
Akhirnya…
Selalu ada pelangi setelah hujan. Saya tidak akan menukarkan setahun masa depresi saya dengan apa pun, karena itu telah membentuk saya menjadi orang yang tak kenal lelah, bersemangat, bahagia, dan setia seperti saya hari ini. Saya mencintai kehidupan dan saya berharap bahwa pelajaran yang saya petik dan akhir yang bahagia dari kejadian yang saya alami membantu siapa pun di luar sana yang sedang berjuang untuk optimis di masa kegelapan.
Translated is assisted by Google Translate.