Friday, August 02, 2024

Nobody's perfect.

Sebelumnya saya sering bergumul dengan sifat perfeksionis, sehingga menimbulkan stress yang berkepanjangan dalam diri. Sampai akhirnya saya belajar untuk menerima ketidaksempurnaan maupun kegagalan yang terjadi, dan terus perbaiki diri. Cerita berikut adalah contoh yang sempurna untuk menggambarkan Perfeksionis itu.

Sang Pembuat Tembikar dan Tanah Liat.
Dahulu kala ada seorang pembuat tembikar yang terkenal akan keindahan dan kesempurnaan bejana-bejananya. Setiap karyanya merupakan mahakarya, simetris, dan tanpa cacat. Ketenarannya menyebar jauh dan luas, dan orang-orang datang dari negeri-negeri jauh untuk mengagumi karyanya.

Suatu hari, seorang murid muda bergabung dengan bengkel pembuat tembikar. Karena ingin membuat gurunya terkesan, murid itu bekerja keras tanpa lelah, berjuang untuk mencapai kesempurnaan dalam setiap karya yang diciptakannya. Namun, tidak peduli seberapa keras ia berusaha, bejana-bejananya selalu sedikit tidak sempurna, dengan retakan kecil atau lengkungan yang tidak rata. Dengan putus asa, ia mengakui kegagalannya kepada si pembuat tembikar.

Si pembuat tembikar tersenyum lembut dan berkata, "Kesempurnaan adalah mitos, anakku. Keindahan sebenarnya terletak pada ketidaksempurnaan. Lihatlah bejana ini," katanya, sambil menunjuk ke sebuah tembikar dengan retakan yang terlihat. "Bejana ini tidak sempurna, tetapi dapat menampung air sama baiknya dengan yang lain. Dan lihatlah yang ini," lanjutnya, sambil menunjuk ke sebuah tembikar dengan bibir yang tidak rata. "Bejana ini masih berguna, dan membawa kebahagiaan bagi pemiliknya."

Sang murid memandang pot-pot itu dengan mata baru. Ia menyadari bahwa keindahan setiap bejana tidak terletak pada kesempurnaannya, tetapi pada keunikannya. Sejak hari itu, ia menerima ketidaksempurnaan dalam karyanya, dan tembikarnya pun semakin dihargai karena keasliannya.

Sang tukang tembikar menyimpulkan, "Ingatlah, anakku, yang terpenting adalah perjalanan pembuatan sebuah karya, bukan hasil akhir yang sempurna. Terimalah prosesnya, belajarlah dari kesalahanmu, dan temukan keindahan dalam ketidaksempurnaan."

Perumpamaan ini menunjukkan bahwa kesempurnaan adalah cita-cita yang mustahil dan bahwa keindahan dan nilai sejati dapat ditemukan dalam ketidaksempurnaan dan pertumbuhan.

"My value comes from who I am, not from what I do" - Joshua Metcalf.

No comments: